HIDUP NYATA DI DUNIA MAYA



        Kehidupan nyata dikagetkan dengan dunia maya yang sukses menarik perhatian setiap kalangan manusia khususnya anak muda. Banyak diantaranya merasa menemukan jati diri yang sesungguhnya pada dunia maya. Dunia semu yang memiliki peluang kecil untuk saling mengetahui kehidupan masing-masing individu di kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan maraknya sosial media yang bermunculan secara serentak dan susul-menyusul, khususnya dalam mengupgrade pembaharuan aplikasi yang ditawarkan kepada khalayak publik.

Dini hari ini, semua hal sudah serba instan. Apa saja bisa diperoleh dengan mudah dan cepat serta cenderung murah. Dulu dunia dihebohkan dengan makanan yang serba instan dan cepat saji, tanpa memperdulikan kesehatan dan gizi yang bersumber dari makanan tersebut. Namun, di zaman yang canggih seperti sekarang ini, makanan yang serba instan tersebut kalah populer jika deibanding dengan sosial media yang bermunculan. Seperti halnya di era digital ini, tanpa disadari masyarakat telah menjalani kehidupan nyata di dunia maya. Bahkan masyarakat khususnya anak muda, rela menghabiskan uang kirimannya hanya untuk membeli paket internet dibandingkan dengan makanan yang instan sekalipun.

Dalam tulisan ini, memang berbeda dari tulisan sebelum-sebelumnya. Karena memang saat ini, fenomena serba instan tersebut telah terjadi sedemikian rupa khususnya juga yang saya alami beberapa waktu sebelumnya. Dan saya tertarik untuk mengupas secara singkat, padat dan jelas polemik mengenai salah satu sosial media yang laris manis dipasaran yaitu Line. Siapa yang tidak mengetahui sosmed yang satu ini? Semua pasti sudah familiar, bukan? Banyak hal yang menguntungkan sekaligus merugikan apabila tidak memperhatikan porsi dan tujuan penggunaanya. Seringkali kita menemukan pro dan kontra atas pengaruh sosial media yang merupakan sebuah saluran dari dunia maya itu sendiri, yang memberi dampak terhadap pemikiran kita sebagai penggunanya. Menariknya, setelah ditelusuri lebih dalam, yang ditemukan ialah bahwa sosial media memberi pengaruh negatif lebih banyak dibanding dengan pengaruh positifnya.

Kita mengupas dari sejarah singkat mengenai munculnya sosial media yang satu ini. Line mulai dikenal sejak tanggal 23 Juni 2011 bersamaan dengan sosial media yang lainnya seperti : Whatsapp (2009), Kakao Talk (2010), WeChat (2010), BBM (2013), dan masih banyak lagi. Otak produksi sosmed-sosmed ini didominasi oleh negara asing yang kebanyakan ialah Jepang dan Korea Selatan. Line sendiri merupakan hasil produksi dari Negara Jepang yaitu Perusahaan NHN Corporation.

Seperti yang telah disinggung mengenai pengaruh baik buruknya sosial media terhadap kaum anak muda yang didominasi oleh kalangan remaja. Mengingat bahwa dengan menggunakan sosial media atau yang lebih akrab disapa sosmed ini, semua hal yang tadinya menghambat proses komunikasi jadi lebih mudah semenjak bermunculannya  beragam aplikasi sosial media yang ditawarkan. Namun disisi lain, sosmed ini juga dapat membuat setiap penggunanya enggan untuk kembali ke dunia nyata dan menjalani kehidupan yang sesungguhnya. Mereka lebih memilih untuk menjadi bagian dari dunia maya tersebut, karena mereka menginginkan pengsayaan atas jati diri yang dapat menguatkan semangat mereka yang berasal dari dunia maya untuk tetap hidup di dunia nyata. Namun itu juga sekaligus dapat menjerumuskan mereka kepada hal yang mengandung kepalsuan.

Peristiwa penyalahgunaan sosmed memang banyak ditemukan dikalangan anak remaja yang beranjak dewasa. Melalui status yang berisi sindiran, ejekan, becandaan, dan lain sebagainya dianggap hal yang wajar dikalangan remaja saat ini. Mereka membeberkan semua kesalahan teman yang dibencinya dengan bahasa yang menjatuhkan nama baik, bahkan ada yang lebih parahnya lagi dimusuhi satu kelas hanya karena salah satu temannya mengupdate status sedang bepergian dengan teman yang lain dan ada yang tidak diajak. Masalah sepele yang dibesar-besarkan yang dampaknya bisa mengancam kehidupan. Sungguh ironi persoalan di era serba digitalisasi ini.
 
       Maka tak heran apabila dibandingkan kaum muda zaman dulu yang tidak mengenal teknologi apalagi sosial media dengan kaum muda zaman sekarang yang kerjaannya tiada detik tanpa update moment, kita akan menemukan bahwa banyak perbedaan antara kaum muda zaman dulu dan zaman sekarang. Intinya kaum muda zaman dulu jauh lebih realistis kehidupannya. Tidak ada uang untuk bersekolah, mereka berusaha kerja. Namun kalau kaum muda zaman sekarang, maunya bekerja dengan modal santai dengan lihai menggunakan gadget.  Nah, kembali ke masing-masing kita, mau pilih generasi yang mana?

Komentar

Postingan Populer