#1 : Jawaban Atas Penantian
Jujur, saat ini perasaanku sedang
bercampur aduk bak lotis yang beranekaragam. Jika ku bisa menggambarkan
keadaanku saat ini, mungkin lebih didominasi oleh kebingungan, khawatir, jenuh,
lelah dan sedih. Ingin rasanya aku keluar dan merasakan angin malam menerpa tubuhku
sejenak dan menenangkan pikiranku. Andaikan angin punya kekuatan untuk datang
dan berlalu, serta membawa segala penat didalam benakku saat ini. Tapi apa
daya, aku lebih memilih duduk di kamar sambil menatap layar laptop dengan
ditemani sahabat setiaku yang bertahan sampai hampir 4 bulan terakhir ini.
Tab yang ku banggakan kini mengganti
kenangan indah yang sudah ku lalui bersama mantan gadget ku setahun silam. Saat ini tab ku sedang rewel dengan
menandakan pemberitahuan pesan masuk dari aplikasi berwarna hijau tersebut. Selalu
ada chat yang membuat benda yang
lebih besar dari telapak tanganku ini terus berdering. Setiap kali ku melihat
layar tab ku, aku berharap itu dari mu. Perlahan ku berpaling dari layar tab ku
kembali ke layar laptopku untuk melanjutkan tugas, namun aku masih berharap
kalau-kalau pemberitahuan chat darimu
menghiasi layar tabku walau hanya sekejap. Namun, harapan itu masih tetap
menjadi harapan. Sebenarnya mustahil jika kau mengirim pesan padaku saat ini,
karena akan mencurangi perjanjian kita apabila kau melanggarnya.
Hampir sebulan mungkin akan jadi waktu penantian
panjang bagiku, mungkin juga bagimu. Sekalipun kita akan diperbolehkan bertemu
dalam 8 hari sekali, namun tetap saja hal itu bukanlah semudah membuka tutup
botol. Memang tetap memerlukan usaha, tetapi tidak seberjuang menahan sejuta
cerita yang ingin ku sampaikan padamu. Besok, akan menjadi awal kita
dipertemukan kembali. Aku berencana membuat serangkaian acara khusus untuk
melepas kerinduan yang ku rasakan. Rindu ingin memukul lenganmu disaat kau
mengejekku, rindu ingin memarahimu disaat kau memakan ayam dan rindu ingin
melihat senyum alaymu dari spion motor yang kadang membuatku tersipu malu saat
kau mencoba menggodaku.
Mungkin memang proses inilah yang
membuat kita belajar dewasa. Bukan hanya egois dengan perasaan yang mendominasi
segalanya. Sekalipun memang ada saat-saat dimana aku ingin keberadaanmu hadir
untuk menyemangatiku, tapi dari situlah aku belajar untuk tidak bergantung
selalu padamu. Aku belajar untuk berusaha semampuku dan tidak mengandalkan
diriku bahkan orang disekitarku. Kau tau? Aku mengandalkan pencipta kita, Sang
Maha Kuasa. Darimu aku belajar untuk selalu berdoa dan menanti anugerah dan
kebaikanNya. Aku masih akan terus berusaha, ku harap kau pun juga...
(arkt)
Komentar
Posting Komentar