Awal yang Menegangkan
Memulai bukanlah kata yang mudah
untuk dilakukan. Memulai juga bukan kata sederhana yang dapat dengan sendirinya
terucap. Bagiku, memulai berarti berani mengambil resiko. Memulai berarti
berani bertanggung jawab atas sebuah konsekuensi. Memulai berarti jauh dari
kata menyesal. Memulai juga berarti langkah awal untuk menerima suatu
penghargaan atas perjuangan. Memang tidak mudah, apalagi ini adalah kali
pertama. Dimana keyakinan atas keputusan dipertaruhkan saat satu kata ini dilontarkan.
Sikap yang tadinya ragu, berganti menjadi teguh. Sikap yang tadinya khawatir,
berganti menjadi yakin. Sikap yang tadinya takut, berganti menjadi berani. Mau
tidak mau hal ini pun terjadi.
Berat
memang untuk menyadari bahwa sekarang aku berada di posisi memulai. Memang
bukan hanya aku saja, melainkan seorang yang aku sadari bisa berjuang bersama
juga ikut serta dalam satu kata penuh makna ini. Tetapi yang membuatku masih
heran adalah apakah langkah ini tepat untuk sekarang? Jujur dari lubuk hatiku
yang paling dalam, aku mengerti bagaiman keresahan seseorang yang menunggu
kepastian akan jawaban. Dan aku baru merasakannya sekarang. Dimana hanya waktu
yang bisa bergulir untuk menggiring posisi memulai dengan mengakhiri. Bukan,
bukan mengakhiri seperti yang dipikirkan pada umumnya. Mengakhiri disini adalah
mengakhiri apa yang sedang dimulai.
Doa.
Satu kata yang menjadi dasar sekaligus alasan mengapa kami memulai hal ini. Hal
yang penting bagiku dan juga baginya. Bukan menjadi pengalaman kali pertamaku
melakukan hal ini. Nyaris aku ingin memulai dengan orang yang aku sadari
tidaklah layak untuk mendapat persetujuanku untuk memulai. Karena kata sepakat
bukan hal sederhana yang dengan gampang bisa diingkari. Bagiku kesepakatan
berbicara tentang komitmen dan kesetiaan. Omong kosong jika kata sepakat hanya
terlontar dari satu pihak saja, maka dari itu kesepakatan seharusnya menjadi
pijakan utama dalam memulai apapun. Termasuk memulai untuk berdoa. Bukan, bukan
berdoa meminta hidup bahagia dan sukses kedepannya. Tapi lebih dari itu, doa
yang tidak egois. Doa yang tidak hanya sepihak saja. Namun, doa yang dibangun
oleh perasaan kasih sayang dari dua orang yang sepakat untuk memulai.
JENGGG!!!
Gong pun dimulai tanda bahwa hari demi hari siap untuk dilalui bersama. Memulai
untuk taat menjalani kewajiban yang sudah disepakati bersama. Tidak boleh
berkomunikasi terlalu banyak, tidak boleh sering bertemu, tidak boleh kontak
fisik dan tidak boleh tidak boleh lainnya. Kesepakatan ini dibuat bukan atas
dasar kemauan kami, tetapi hal tersebut merupakan sebuah tantangan. Tantangan
yang kelak akan menguji perasaan. Apakah masih tetap bertahan atau sebaliknya,
lenyap seiring waktu yang bergulir. Bukan hal yang mudah, karena menunggu
jawaban ditambah ujian serta tantangan akan sangat membebani. Namun, fokus kami
bukanlah sebatas pada apa yang menjadi hasil akhirnya, melainkan proses yang
sama-sama kami nikmati. Karena momen ini adalah bagian dari goresan sejarah
yang kami ukir bersama. Tidak akan ada yang bisa merasakannya, jika tidak ada
keberanian untuk memulai :)
Komentar
Posting Komentar